ISRA’ MI’RAJ & KECERDASAN MUSLIM
Oleh
Drs. H. Nur Alam, M.A
Howard Gardner, Guru Besar Psikologi, Universitas Havard, Amerika (1983), mengenalkan kapada dunia pendidikan tentang 8 kecerdasan manusia, atau lebih dikenal dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Dia telah mendobdrak kemapanan pendapat, bahwa sukses hidup seseorang sangat ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya (intelligence qoutient). Menurutnya IQ bukan segalanya, masih banyak kecerdasan lain untuk menyelesaikan masalah hidup manusia.
Terlepas dari 8 kecerdasan Gardner tersebut, dalam konteks memperingati Isra wal Mi’raj Rasulullah SAW. hari ini, sesungguhnya ada makna lain selain kewajiban shalat 5 waktu, yaitu tersirat dua kecerdasan manusia lewat momentum tersebut.
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW., pada tahun ke-10 telah menginspirasi kita, bahwa untuk sukses hidup seseorang minimal ditentukan oleh dua kecerdasan, yaitu sosial dan spiritualnya. Dalam QS. 17 ayat 1, dijelaskan bahwa Isra’ wal Mi’raj adalah perjalanan Rasulullah bersama Malaikat Jibril di malam hari dari Mekkah ke Baitul Maqdis, Palestina, dilanjutkan ke Sidratul Muntaha.
Bagi Muslim, memaknai perjalanan isra’ (horizontal), mempunyai hikmah bahwa Allah sedang mendidik kecerdasan sosial (social quotient) Rasulullah, dari masjid ke masjid di muka bumi. Beliau bersosialisasi dengan banyak manusia dari perjalanan kedua masjid tersebut.Begitu pula, perjalanan mi’raj (vertical), mempunyai hikmah bahwa Allah sedang mendidik kecerdasan spiritual (spiritual quotient) Rasulullah, mulai dari bumi ke Sidratul Muntaha di lapis langit ketujuh.
Dalam perjalanan mi’raj ini, Rasulullah dipertemukan dengan para Nabi dan Rasul pendahulunya. Pertemuan tersebut sangat menajamkan dan mengasah spiritualnya dengan pesan shalat, kewajiban syari’ah lainnya serta menyaksikan langsung kondisi surga dan neraka.Pertanyaannya, bekal apa saja untuk para orang tua dan pendidik fasilitasi dalam mendidik anak-anak didiknya saat ini?
Memaknai momentum Isra wal Mi’raj ini, untuk sukses hidup mereka duniawi dan ukhirawi, kita bekali mereka dengan kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual sekaligus. Dengan kecerdasan sosial (hablum minan naas), kita sudah bekali mereka kasalehan insaniyah (hablum minan naas). Sedangkan, dengan kecerdasan spiritual (hablum minallahi), kita sudah bekali mereka kesalehan ruhiyah atau rabbaniyah.
Perhatikan, Allah berjanji dalam QS. 3 ayat 112, bahwa kita dan anak-anak kita tidak akan ditimpakan kehinaan hidup selama-lamanya, ketika kita memiliki hablum minallahi (kecerdasan spiritual) dan hablum minan naas (kecerdasan sosial).
Be a smart Muslim with social and spiritual quotient!
Wallaahu A’lam bish Shawwab,
Fastabiqul Khairaat.
—————————————————–
Malam Isra’ Mi’raj Penuh Berkah
Kranggan Permai,
27 Rajab 1442 H./10 Maret 2021 M.