Oleh : Nur Alam
Salah satu pesan penting Ramadhan adalah menjadi momentum untuk kita belajar lebih banyak dalam mensyukuri ni’mat Allah. Salah satu ni’mat-Nya adalah tersedianya makanan dan minumam di meja untuk ta’jil dan sahur setiap hari.
Namun faktanya, momentum Ramadhan ini malah sering membuat umat Islam hidup lebih konsumtif dalam urusan makan dan minum. Ini berpotensi meningkatnya jumlah makanan terbuang akibat banyak yang disisakan dan berujung menjadi limbah (food waste).
Data dari Center for Food & Nutrition, disebutkan bahwa orang Indonesia sebagai pembuang makanan kedua terbanyak setelah Arab Saudi. Setiap tahun, satu orang Indonesia membuang sekitar 300 kg makanan.
Setiap Muslim harus menghindari israf, yaitu sikap berlebih-lebihan atau melampaui batas, “Dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”
(QS. 6:141).
Juga tabdzir atau boros, “Sesungguhnya para pemboros itu adalah teman-temannya syetan, dan syetan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”
(QS. 17:27)
Israf diartikan sebagai sikap hanya menuruti apa yang diinginkan oleh nafsu, hingga melampaui batas dalam hal harta. Pelaku israf disebut musrif.
Tabdzir diartikan sebagai penggunaan harta pada sesuatu yang tidak sesuai syari’at Allah. Pelaku tabdzir disebut mubadzir.
Bahaya dari sikap israf dan tabzir, yaitu tidak peka dengan lingkungan sekitar, mengikuti hawa nafsu, suka pamer, menghalalkan berbagai cara, menghancurkan diri sendiri karena hilangnya kendali dan tidak berkahnya harta yang dimiliki karena tidak diridhai Allah.
Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas RA., pernah menegaskan, bahwa
tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu bukan pada jalan yang benar.
Menurut Qatadah, tabdzir adalah membelanjakan harta pada jalan maksiat kepada Allah, pada jalan kerusakan atau kemudharatan.
Seandainya seseorang membelanjakan semua hartanya di jalan yang benar, dia tidak termasuk orang yang mubadzir. Dan, seandainya seseorang membelanjakan hartanya, meski satu mud bukan pada jalan yang benar, dia termasuk orang yang mubadzir. Demikian pendapat Mujahid.
Rasulullah SAW., menegaskan pula, “Tidak ada tempat yang diisi oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah baginya makan beberapa suap saja untuk menguatkan tulang punggungnya. Jika dia harus menambah, hendaknya sepertiga perutnya diisi untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas.” (HR. Ibnu Majah).
Beberapa cara untuk tidak menyisakan limbah makanan Ramadhan (zero waste food of Ramadhan), di antaranya :
Pertama, Hindari Membeli Ta’jil Kemasan Plastik
Selalu membawa kotak/wadah makan atau minum. Mungkin terasa aneh pertama kali, tapi percayalah penjual ta’jil akan melakukannya dengan senang hati. Kalau lupa membawa, belilah ta’jil yang dijual dengan kemasan kertas atau daun pisang.
Kedua, Makan Sisa Ta’jil untuk Sahur
Makanan sisa ta’jil bukan berarti makanan itu tidak layak untuk dimakan lagi. Ketimbang ta’jil dan sahur selalu berganti menu, tapi membuang sisa makanan. Ini adalah tabdzir, baik makanannya, waktu dan juga uangnya.
Ketiga, Meal Planning dan Masak Sendiri
Bisa direncanakan jauh hari apa yang akan dimasak dan dimakan. Dengan memasak sendiri, makanan yang kita makan jauh lebih sehat dan terkontrol mutunya (hygienis).
Keempat, Hindari Nafsu Belanja
Mencoba tidak belanja pakaian baru, selain makanan secukupnya. Coba lihat di dalam lemari, masih banyak pakaian yang bisa dipakai, meski baju lebaran 2 tahun lalu. Kalau harus membeli pakaian baru, sebaiknya donasikan dulu satu atau dua pakaian kita yang masih layak pakai.
Simpulan
Kita harus berlomba-lomba dalam kebaikan, terlebih di bulan Ramadhan. Jangan sampai Ramadhan berlalu tanpa memiliki nilai dan makna apa-apa. Salah satunya, tidak berbuat israf dan tabdzir, berlebih-lebihan dan boros dalam hal ta’jil dan sahur.
Jadikan Ramadhan sebagai momentum untuk lebih berkesadaran diri dalam berpikir dan bertindak, termasuk dalam konsumsi makanan, minuman dan limbah sampahnya.
والله اعلم بالصواب وفاستبقواالخيرات
———————————————————
Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 7 Ramdhan 1443 H./8 April 2022 M. Pukul 05.37 WIB.