PEOPLE OF REASON
Oleh: Nur Alam
Kelompok manusia yang berakal (people of reason), Allah menyebut mereka dengan istilah Ulul Albab. Istilah ini diulang sebanyak 16 kali dalam Al-Qur’an.
Ulul Albab adalah orang yang memiliki pemahaman sampai ke intinya dalam mentadabbburi ayat-ayat Allah. Memang Ulul Albab berbeda dengan orang yang berakal pada umumnya. Mengapa demikian?
Karena, Ulul Albab menjadikan iman kepada Allah dan ayat-ayat-Nya sebagai rujukan dasar berpikir mereka yang menghasilkan pemikiran lurus dan dapat dibuktikan kebenarannya, karena jauh dari nafsu dan kepentingan pribadi atau kelompoknya.
Ulul Albab adalah orang yang memiliki akal dan pikiran yang jernih, tulus, dan bersih. Hati dan pikiran seorang Ulul Albab tidak tertutup oleh kabut kemusyrikan, ketakutan, kemunafikan, ketidakikhlasan, keraguan, dan lainnya.
Ulul Albab adalah orang yang menggunakan akalnya untuk mengenal siapakah Allah, bagaimana keagungan-Nya, bagaimana kebijaksanaan-Nya, keadilan-Nya, dengan melihat ayat-ayat Allah. Baik ayat kauniyah (ciptaan-Nya) maupun ayat Syar’iyah (hukum Allah). Sehingga dia akan semakin tunduk dan taat kepada Allah.
Muhammad Sayyid Thanthawi, menjelaskan bahwa Ulul Albab adalah orang yang memiliki akal jernih dan logika yang benar. Imam Al-Zamakhsyari menyebutkan sebagai orang-orang yang membuka akal dan pikirannya untuk melihat, menyimpulkan, dan mengambil ibrah dalam setiap keajaiban ciptaan-ciptaan Allah. Sedangkan, Imam Abu Bakar Al-Jazairi menjelaskan Ulul Albab sebagai orang-orang yang mengetahui sesuatu (ciptaan Allah) dan memahami bukti-bukti yang menyertainya.
Seperti firman Allah, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi Ulil Albab.” (QS. 3:190).
Ayat ini merupakan bantahan bagi kaum Yahudi yang menganggap Allah itu bodoh. Padahal, Allah lah yang mampu menciptakan alam semesta dan segala isinya sekaligus mengatur segala urusan makhluk di dalamnya. Hal ini hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang berakal sempurna dan berlogika sehat, yaitu Ulul Albab.
Kelanjutan ayat tersebut, ada dua ciri khas pada Ulul Albab, yaitu berpikir dan berdzikir. Berpikir adalah kerja akal, dan berdzikir adalah kerja hati. Dua hal yang dapat mengasah dua bentuk kecerdasan. Kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual.
Seorang Ulul Albab dalam aktivitas berdzikir, yaitu mengingat Allah ketika berdiri, duduk, maupun berbaring, sebagai ikhtiar membangun hubungan vertikal dengan Allah dan hubungan sosial melalui pengamalan zakat, infaq, dan shadaqah.
Seorang Ulul Albab dalam aktivitas berpikir, yaitu melibatkan beragam fenomena alam, seperti pergantian malam dan siang, penciptaan langit dan bumi, siklus kehidupan tanaman, turunnya air hujan, juga fenomena sosial seperti sejarah dan kisah-kisah umat terdahulu.
Selain beberapa keistimewaan Ulul Abab seperti tersebut di atas, berikut diuraikan beberapa karakternya.
Pertama, Semangat Menuntut Ilmu
Al-Quran mengajarkan tafakur dan tasyakur. Tafakur adalah merenungkan ciptaan Allah di langit dan di bumi. Tasyakur adalah memanfaatkan nikmat dan karunia Allah dengan menggunakan akal pikiran, sehingga kenikmatan itu makin bertambah (QS. 3:7).
Kedua, Memisahkan yang Haq dan Bathil
Memisahan yang jelek dari yang baik, kemudian dipilih yang baik, walaupun ia harus sendirian mempertahankan kebaikan itu, sedangkan kejelekan dipertahankan oleh sekian banyak orang (QS. 5:100).
Ketiga, Daya Pikir Kritis
Dalam berdiskusi, kritis menimbang-nimbang ucapan, teori, proposisi atau dalil yang dikemukakan oleh orang lain. Kemudian memberikan tanggapan lugas, tuntas dan syar’i sesuai dengan tuntunan syariat Allah (QS.39:18).
Keempat, Memperbaiki Keadaan
Siap memperbaiki kondisi masyarakat, memperbaiki ketimpangan, memprotes ketidakadilan. Tidak duduk berpangku tangan di labolatorium atau terbenam dalam buku-buku di perpustakaan. Tapi hadir tegas untuk memperbaiki ketidakberesan di tengah-tengah masyarakatnya (QS. 14:52).
Kelima, Hanya Takut Allah.
Tidak pernah takut celaan, cemoohan, nyinyiran dan kritikan orang lain. Hanya Allah saja yang ditakuti, sepanjang yang dilakukannya dalam koridor taqwa dan taat kepada Allah
(QS 2:197 dan QS. 65:10).
Simpulan
Seorang Ulul Albab selalu kokoh pemahaman tauhid dan aqidahnya. Tiada hari yang mereka lalui, melainkan Al-Qur’an ditadabburi dan penciptaan-Nya ditafakkuri.
Dada mereka lapang oleh cahaya wahyu-Nya. Akal mereka cerdas oleh nasehat-Nya. Pikir mereka
patuh oleh peringatan-Nya. Dan dzikir mereka bergetar karena tunduk pada-Nya.
—————————————————————–
Padang, Jum’at Penuh Berkah, 29 Syawwal 1444 H./19 Mei 2023 M. Pukul 05.15 WIB.