Oleh: Nur Alam
Amal baik atau buruk sekecil apapun, jangan pernah diremehkan (never underestimate). Karena amal yang kecil-kecil itu bisa menuai pahala atau dosa. Tulisan ini dihadiahkan untuk muhasabah diri menjelang akhir tahun 2022 Masehi.
Kecil menurut manusia, belum tentu menurut Allah. Dan sebaliknya, besar menurut manusia, tapi berbeda menurut penilaian Allah. Semua amal baik dan buruk tak pernah lepas dari penilaian-Nya (QS. 99:7-8).
Sangat jelas kandungan ayat di atas, bahwa setiap amal baik maupun buruk sekecil apapun, tak pernah lepas dari penilaian Allah. Kebaikan dibalas kebaikan dan keburukan dibalas keburukan. Maka, sangat tidak pantas kita meremehkannya.
Rasulullah SAW. menegaskan, “Janganlah engkau memandang besar atau kecilnya maksiat itu, tapi pandanglah kepada siapa engkau bermaksiat.” Karena Allah tidak pernah lupa atau tertidur dalam membersamai hamba-hamba-Nya (QS. 2:255).
Dari Jabir bin Sulaim, Rasulullah bersabda, “Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan senyum (wajah yang manis). Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan” (HR. Abu Daud-Tirmizi).
Lebih jauh lagi, Fudhail bin ‘Iyadh menjelaskan, diterimanya amal seseorang adalah
“atas dasar ikhlas dan ittiba’ sesuai tuntunan Rasulullah.” Karena pentingnya kedudukan ikhlas dan ittiba’ ini, maka pantas keduanya sangat menentukan nilai amal seorang hamba di hadapan Allah.
Seperti, ada dua orang yang berdiri dalam satu shaf shalat, akan tetapi perbedaan nilai shalat mereka berdua sejauh antara langit dan bumi. Mengapa demikian? Disebabkan faktor niatnya, yaitu mungkin kurang ikhlas atau tidak ikhlas.
Juga ada seseorang yang menyembelih hewan qurbannya sebelum shalat ‘Idul Adha, kemudian Rasulullah mengingatkan, “Dagingnya hanya beramanfaat untuk dirimu sendiri dan tidak dinilai sebagai hewan qurban.” Mengapa demikian? Disebabkan faktor ittiba’nya, yaitu dilakukan di luar waktunya, meski niatnya baik.
Maka, kerjakan setiap kebaikan dengan ikhlas dan mengikuti dicontohkan Rasulullah, baik itu pikiran, ucapan maupun perbuatan. Kebaikan apa pun jangan pernah diremehkan. Karena, kebaikan adalah bagian dari berbuat ihsan. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan (Al-Muhsinun wal Muhsinat).
Praktik baik (best practice) berbuat kebaikan, seperti mengucapkan salam, membantu pekerjaan orang lain, meringankan beban orang lain, bershadaqah, memberi makan orang lain, membaca Al-Qur’an, menanam pohon, dan sebagainya. Itu semua bisa dilakukan sehari-hari dan pastinya dapat menuai banyak pahala.
Sebaliknya, dosa kecil yang dilakukan terus menerus digambarkan oleh Imam Al-Ghazali, seperti tetesan air yang terus menerus menerpa batu, akhirnya batu itu pun berlubang. Padahal, jika air itu langsung disiramkan ke batu tersebut dalam jumlah banyak, belum tentu melubangi batu itu.
Setiap orang tidak pernah tahu, amalan mana yang dapat mengetuk pintu surga untuknya. Bisa jadi amalan besar yang dia sangat bangga-banggakan, ternyata tidak diterima oleh Allah SWT. Dan bisa jadi amalan yang sangat kecil yang dia sering remehkan, justru itu pembuka pintu menuju surga baginya.
Ketika ada kesempatan untuk bershadaqah, seberapapun jumlahnya, segera bershadaqah. Ketika ada seorang buta yang perlu bantuan untuk menyeberang jalan, segera tuntun dan seberangkan. Ketika ada anak yatim yang sedang menangis kelaparan, segera berikan kasih sayang dengan memberi makan. “Dan untuk yang demikian itu hendaknya setiap orang berlomba-lomba” (QS. 86:26).
Bahkan, ketika kita sudah tidak punya apa-apa lagi untuk membantu orang lain yang sangat membutuhkan, maka sesungguhnya wirid, dzikir, tahmid, tahlil dan tasbih, semua itu merupakan kebaikan. Itulah cara Allah untuk kita berlomba shadaqah di jalan-Nya.
Sebuah hadits Rasulullah SAW. yang sangat memotivasi kita untuk istiqamah berbuat baik kepada pada orang lain, “Siapa yang menolong saudaranya dalam kebutuhannya, maka Allah pun akan menolongnya dalam kebutuhannya juga” (HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu ‘Umar).
Simpulan
Untuk muhasabah diri, ingatlah bahwa amalan yang kecil, dapat menuai lipatan pahala. Sebaliknya, amalan besar bisa menjadi debu berterbangan, mungkin menuai dosa.
Jangan pernah meremehkan, karena Allah tidak pernah melihat besar kecilnya amal itu. Allah hanya melihat nilai ikhlas dan ittiba’ kita dalam beramal. Dan dengannya, kita akan menjadi mulia di màta Allah.
Fastabiqul khairaat….
‐——————————————–‘—————–
Kranggan Permai, Jum’at Penuh Berkah, 6 Jumadil Akhir 1444 H./30 Desember 2022 M. Pukul 04.59 WIB.